

Saya sering bertanya pada diri sendiri, mengapa Indonesia tidak mengalami kemajuan, cenderung berjalan di tempat dan ada indikasi mengalami kemunduran? Padahal jika kita lihat, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah serta bahasa dan budaya yang beragam. Bandingkan dengan negara tetangga kita, Singapura. Berapa besar luas wilayahnya dibanding Indonesia? Berapa banyak kekayaan alamnya? Tapi mengapa Singapura mampu berdiri menjadi negara yang maju? Begitu juga dengan Korea Selatan dan Jepang, yang walaupun wilayah negaranya tidak terlalu besar, namun kedua negara tersebut mampu berkembang menjadi negara yang mengalami kemajuan pesat. Mengapa? Ternyata kompleks sekali jawabannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan saling berkaitan satu sama lain. Tapi satu yang perlu digarisbawahi, berkenaan dengan tema Hari Buku Nasional, adalah masyarakat Indonesia mempunyai minat baca yang rendah.

Berbagai sumber menyatakan, minat baca suatu masyarakat akan berpengaruh pada kemajuan bangsanya. Artinya jika minat baca suatu masyarakat tinggi, bangsanya pun akan terus berkembang menjadi bangsa yang maju. Namun, bila minat baca dalam suatu masyarakat rendah, besar kemungkinan bangsanya akan mengalami kesulitan dalam mencapai kemajuan. Sebagai contoh Singapura, masyarakatnya memiliki budaya membaca yang tinggi. Perpustakaan layaknya mall yang tak pernah kehabisan pengunjung. Indeks minat baca masyarakat di sana mencapai 0,45 yang berarti dari 100 orang penduduk terdapat 45 orang yang gemar membaca. Di Korea Selatan, menurut hasil survei yang dikutip dari world.kbs.co.kr, pada tahun 2004 angka rasio membaca dalam sebulan mencapai 54,4%, lebih tinggi dibanding Jepang yang “hanya” mencapai 50%. Sedangkan di Indonesia, menurut data dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), indeks minat baca masyarakatnya sebesar 0,001 artinya dari 1000 orang penduduk hanya terdapat 1 orang yang mempunyai minat baca tinggi. Miris sekali memang.
Membaca = mencerdaskan
Seperti sebuah ungkapan lama yang mengatakan “Buku adalah Jendela Dunia” , jendela ini akan mengantarkan penikmatnya melihat berbagai macam ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan ragam budaya yang berkembang di belahan dunia lainnya. Kita tak perlu harus keliling dunia untuk mengetahui semua itu, buku menyediakan segalanya. Membaca mampu mewujudkan suatu masyarakat menjadi generasi yang unggul dan cerdas. Berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang terserap
akan terus dikembangkan dan pada akhirnya membawa kemajuan pada bangsanya. Jadi, jika ingin bangsanya maju, budayakan gemar membaca.
Selain mampu mencerdaskan bangsa, membaca juga dapat membuat kita semakin pintar dan tidak mudah pikun. Pintar di sini dimaksudkan bahwa otak akan terus berkembang karena kegiatan ini mendorong otak untuk berpikir secara aktif, merekam dan memahami isi bacaan. Kadang kala ketika kita membaca novel misalnya, imajinasi-imajinasi yang hadir tentang karakter tokoh dan gambaran tempat-tempat yang dipaparkan secara apik oleh sang pengarang, mampu menambah kreativitas si pembaca. Tak heran jika orang yang suka membaca, ide-ide segar selalu bermunculan. Bukan hanya itu, membaca buku dan bahan bacaan yang baik akan mampu membentuk karakter positif seseorang. Buku mampu mengajarkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, kedisiplinan, rasa empati dan toleransi tanpa terkesan menggurui. Masih banyak lagi berbagai manfaat membaca yang lainnya. Dengan berbagai keuntungan seperti itu, apa lagi yang kurang? Mengapa kita tidak segera mengambil buku dan mulai membacanya?
Alasan orang tidak suka
membaca
Banyak yang bilang, harga buku mahal. Benarkah? Untuk menjadi orang yang gemar membaca, kita tidak harus membeli buku. Kita bisa meminjam dari teman atau membaca di perpustakaan. Bahan bacaan pun bukan hanya buku. Artikel yang dimuat di koran, majalah ataupun yang tersebar di internet bisa menjadi bahan bacaan yang menarik. Pernah pula saya jumpai seorang nenek yang begitu inginnya membaca, namun karena kemiskinan yang melanda sehingga tak mampu membeli buku, akhirnya kertas atau koran bekas bungkus cabe pun menjadi bahan bacaan.
Buku pun tak harus dibeli setiap hari. Setiap bulan satu buku sudah sangat memadai untuk menambah wawasan. Kalau dalam satu keluarga ibaratnya mampu membeli rokok setiap hari, mengapa untuk membeli satu buku setiap bulan saja sulit? Masyarakat kita belum menganggap buku sebagai suatu kebutuhan. Bahkan masih banyak yang beranggapan kutu buku sama dengan kuper alias kurang pergaulan yang setiap hari hanya berkutat dengan buku. Berbeda dengan yang suka nongkrong, kumpul-kumpul sambil
bergosip ria atau yang aktif update status di jejaring sosial
setiap saat, justru dianggap gaul.
Kebiasaan membaca belum banyak dilibatkan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. Bagi sebagian besar keluarga, menonton adalah hiburan utama. Bahkan televisi menjadi kebutuhan yang “wajib” dipenuhi oleh setiap keluarga, sedangkan buku bacaan entahlah berada di urutan nomor berapa atau mungkin malah tidak terpikir sama sekali. Inilah salah satu hal yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia rendah. Anak-anak dan para generasi muda tidak dikenalkan dengan buku sejak kecil, mereka pun menjadi asing dengan buku. Para ibu lebih suka menonton sinetron ketimbang mendampingi sang anak membaca apalagi menyempatkan waktu untuk mendongeng.
Ada pula yang mengatakan akses buku sulit, terutama di daerah kecil. Toko buku sulit dijangkau, bahkan tidak ada sama sekali. Perpustakaan yang ada pun bukunya itu-itu saja, koleksinya terbatas. Ditambah lagi, suasana perpustakaan tidak mendukung kenyamanan dalam membaca.
Menjadikan buku selezat
cokelat
Siapa sih yang tidak suka cokelat? Hampir semua orang pasti suka cokelat. Apabila buku selezat cokelat, pasti banyak yang pantang menolaknya. Lalu, bagaimana agar kita ketagihan membaca seperti ketagihan makan cokelat?
- Bangun kesadaran diri dan
tanamkan pemahaman bahwa
membaca itu menyenangkan dan
bermanfaat. Buang jauh-jauh
anggapan bahwa orang yang
gemar membaca menjadi kuper. Justru sebaliknya, dengan
membaca pergaulan jadi lebih
luas. Tidak percaya? Coba saja - Mulailah dengan membaca
buku tentang topik yang Anda
sukai. Anda bisa mulai dengan
bacaan ringan seperti majalah,
koran, novel dengan cerita yang
ringan dan tidak terlalu tebal atau bisa pula mulai dengan buku
komik. Sekarang pun banyak
komik yang memang
diperuntukkan bagi orang
dewasa. - Tidak harus membeli, untuk
memulainya Anda bisa
meminjam buku dari teman,
perpustakaan atau taman
bacaan terdekat. Dengan begini
Anda bisa lebih menghemat uang. - Kurangi porsi menonton
televisi dan usahakan untuk
selalu membaca setiap hari
meskipun hanya sedikit. Ini
sangat berguna untuk melatih
kebiasaan. Pilihlah waktu di mana pikiran sedang fresh, jadi
kegiatan membaca benar-benar
terasa menyenangkan dan Anda
bisa lebih larut ke dalam buku
yang sedang dibaca. - Sering-seringlah berkunjung
ke toko buku atau pameran buku
agar Anda makin akrab dengan
buku. - Bagi orang tua, mulailah
menyempatkan diri
mendampingi anak membaca
atau mendongeng bagi mereka.
Lebih bagus lagi kalau orang tua
pun ikut membaca buku, karena anak biasanya meniru kebiasaan
orang tuanya. Jika orang tua
biasa membaca buku, lama-
kelamaan anak juga pasti
mengikuti kebiasaan tersebut. - Bagi pemerintah, hendaknya
gerakan gemar membaca benar-
benar digalakkan. Salah satunya
adalah dengan mulai
mengoptimalkan fungsi
perpustakaan, menjadikan perpustakaan senyaman rumah
didukung dengan koleksi buku
yang selalu beragam dan up to
date. Bisa jadi, suatu hari nanti
orang enggan berbondong-
bondong ke mall atau pusat perbelanjaan tapi lebih memilih
menghabiskan waktu liburan di
perpustakaan untuk membaca
buku. Semoga.
Ilmu adalah sahabat sepanjang
hayat. Orang yang berilmu tak
akan pernah merugi. Buku adalah
penyedia ilmu yang murah dan
ramah. Mungkin saja apa yang
kita baca kurang bermanfaat untuk saat ini, tapi suatu hari
nanti bisa jadi berguna untuk
diri sendiri maupun orang lain
“Menjadikan buku selezat
dan Senikmat cokelat”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar