Rabu, 18 Desember 2013

Menjadikan buku selezat dan Senikmat cokelat






Saya sering bertanya pada diri sendiri, mengapa Indonesia tidak mengalami kemajuan, cenderung berjalan di tempat dan ada indikasi mengalami kemunduran? Padahal jika kita lihat, Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar. Wilayah yang luas dan subur dengan kekayaan alam yang melimpah serta bahasa dan budaya yang beragam. Bandingkan dengan negara tetangga kita, Singapura. Berapa besar luas wilayahnya dibanding Indonesia? Berapa banyak kekayaan alamnya? Tapi mengapa Singapura mampu berdiri menjadi negara yang maju? Begitu juga dengan Korea Selatan dan Jepang, yang walaupun wilayah negaranya tidak terlalu besar, namun kedua negara tersebut mampu berkembang menjadi negara yang mengalami kemajuan pesat. Mengapa? Ternyata kompleks sekali jawabannya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan saling berkaitan satu sama lain. Tapi satu yang perlu digarisbawahi, berkenaan dengan tema Hari Buku Nasional, adalah masyarakat Indonesia mempunyai minat baca yang rendah.



Berbagai sumber menyatakan, minat baca suatu masyarakat akan berpengaruh pada kemajuan bangsanya. Artinya jika minat baca suatu masyarakat tinggi, bangsanya pun akan terus berkembang menjadi bangsa yang maju. Namun, bila minat baca dalam suatu masyarakat rendah, besar kemungkinan bangsanya akan mengalami kesulitan dalam mencapai kemajuan. Sebagai contoh Singapura, masyarakatnya memiliki budaya membaca yang tinggi. Perpustakaan layaknya mall yang tak pernah kehabisan pengunjung. Indeks minat baca masyarakat di sana mencapai 0,45 yang berarti dari 100 orang penduduk terdapat 45 orang yang gemar membaca. Di Korea Selatan, menurut hasil survei yang dikutip dari world.kbs.co.kr, pada tahun 2004 angka rasio membaca dalam sebulan mencapai 54,4%, lebih tinggi dibanding Jepang yang “hanya” mencapai 50%. Sedangkan di Indonesia, menurut data dari UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), indeks minat baca masyarakatnya sebesar 0,001 artinya dari 1000 orang penduduk hanya terdapat 1 orang yang mempunyai minat baca tinggi. Miris sekali memang.

Membaca = mencerdaskan

Seperti sebuah ungkapan lama yang mengatakan “Buku adalah Jendela Dunia” , jendela ini akan mengantarkan penikmatnya melihat berbagai macam ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan ragam budaya yang berkembang di belahan dunia lainnya. Kita tak perlu harus keliling dunia untuk mengetahui semua itu, buku menyediakan segalanya. Membaca mampu mewujudkan suatu masyarakat menjadi generasi yang unggul dan cerdas. Berbagai wawasan dan ilmu pengetahuan yang terserap
akan terus dikembangkan dan pada akhirnya membawa kemajuan pada bangsanya. Jadi, jika ingin bangsanya maju, budayakan gemar membaca.

Selain mampu mencerdaskan bangsa, membaca juga dapat membuat kita semakin pintar dan tidak mudah pikun. Pintar di sini dimaksudkan bahwa otak akan terus berkembang karena kegiatan ini mendorong otak untuk berpikir secara aktif, merekam dan memahami isi bacaan. Kadang kala ketika kita membaca novel misalnya, imajinasi-imajinasi yang hadir tentang karakter tokoh dan gambaran tempat-tempat yang dipaparkan secara apik oleh sang pengarang, mampu menambah kreativitas si pembaca. Tak heran jika orang yang suka membaca, ide-ide segar selalu bermunculan. Bukan hanya itu, membaca buku dan bahan bacaan yang baik akan mampu membentuk karakter positif seseorang. Buku mampu mengajarkan nilai-nilai positif seperti kejujuran, kedisiplinan, rasa empati dan toleransi tanpa terkesan menggurui. Masih banyak lagi berbagai manfaat membaca yang lainnya. Dengan berbagai keuntungan seperti itu, apa lagi yang kurang? Mengapa kita tidak segera mengambil buku dan mulai membacanya?

Alasan orang tidak suka
membaca

Banyak yang bilang, harga buku mahal. Benarkah? Untuk menjadi orang yang gemar membaca, kita tidak harus membeli buku. Kita bisa meminjam dari teman atau membaca di perpustakaan. Bahan bacaan pun bukan hanya buku. Artikel yang dimuat di koran, majalah ataupun yang tersebar di internet bisa menjadi bahan bacaan yang menarik. Pernah pula saya jumpai seorang nenek yang begitu inginnya membaca, namun karena kemiskinan yang melanda sehingga tak mampu membeli buku, akhirnya kertas atau koran bekas bungkus cabe pun menjadi bahan bacaan.

Buku pun tak harus dibeli setiap hari. Setiap bulan satu buku sudah sangat memadai untuk menambah wawasan. Kalau dalam satu keluarga ibaratnya mampu membeli rokok setiap hari, mengapa untuk membeli satu buku setiap bulan saja sulit? Masyarakat kita belum menganggap buku sebagai suatu kebutuhan. Bahkan masih banyak yang beranggapan kutu buku sama dengan kuper alias kurang pergaulan yang setiap hari hanya berkutat dengan buku. Berbeda dengan yang suka nongkrong, kumpul-kumpul sambil
bergosip ria atau yang aktif update status di jejaring sosial
setiap saat, justru dianggap gaul.

Kebiasaan membaca belum banyak dilibatkan dalam aktivitas keluarga sehari-hari. Bagi sebagian besar keluarga, menonton adalah hiburan utama. Bahkan televisi menjadi kebutuhan yang “wajib” dipenuhi oleh setiap keluarga, sedangkan buku bacaan entahlah berada di urutan nomor berapa atau mungkin malah tidak terpikir sama sekali. Inilah salah satu hal yang menyebabkan minat baca masyarakat Indonesia rendah. Anak-anak dan para generasi muda tidak dikenalkan dengan buku sejak kecil, mereka pun menjadi asing dengan buku. Para ibu lebih suka menonton sinetron ketimbang mendampingi sang anak membaca apalagi menyempatkan waktu untuk mendongeng.

Ada pula yang mengatakan akses buku sulit, terutama di daerah kecil. Toko buku sulit dijangkau, bahkan tidak ada sama sekali. Perpustakaan yang ada pun bukunya itu-itu saja, koleksinya terbatas. Ditambah lagi, suasana perpustakaan tidak mendukung kenyamanan dalam membaca.

Menjadikan buku selezat
cokelat



Siapa sih yang tidak suka cokelat? Hampir semua orang pasti suka cokelat. Apabila buku selezat cokelat, pasti banyak yang pantang menolaknya. Lalu, bagaimana agar kita ketagihan membaca seperti ketagihan makan cokelat?

  • Bangun kesadaran diri dan
    tanamkan pemahaman bahwa
    membaca itu menyenangkan dan
    bermanfaat. Buang jauh-jauh
    anggapan bahwa orang yang
    gemar membaca menjadi kuper. Justru sebaliknya, dengan
    membaca pergaulan jadi lebih
    luas. Tidak percaya? Coba saja

  • Mulailah dengan membaca
    buku tentang topik yang Anda
    sukai. Anda bisa mulai dengan
    bacaan ringan seperti majalah,
    koran, novel dengan cerita yang
    ringan dan tidak terlalu tebal atau bisa pula mulai dengan buku
    komik. Sekarang pun banyak
    komik yang memang
    diperuntukkan bagi orang
    dewasa.

  • Tidak harus membeli, untuk
    memulainya Anda bisa
    meminjam buku dari teman,
    perpustakaan atau taman
    bacaan terdekat. Dengan begini
    Anda bisa lebih menghemat uang.

  • Kurangi porsi menonton
    televisi dan usahakan untuk
    selalu membaca setiap hari
    meskipun hanya sedikit. Ini
    sangat berguna untuk melatih
    kebiasaan. Pilihlah waktu di mana pikiran sedang fresh, jadi
    kegiatan membaca benar-benar
    terasa menyenangkan dan Anda
    bisa lebih larut ke dalam buku
    yang sedang dibaca.

  • Sering-seringlah berkunjung
    ke toko buku atau pameran buku
    agar Anda makin akrab dengan
    buku.

  • Bagi orang tua, mulailah
    menyempatkan diri
    mendampingi anak membaca
    atau mendongeng bagi mereka.
    Lebih bagus lagi kalau orang tua
    pun ikut membaca buku, karena anak biasanya meniru kebiasaan
    orang tuanya. Jika orang tua
    biasa membaca buku, lama-
    kelamaan anak juga pasti
    mengikuti kebiasaan tersebut.

  • Bagi pemerintah, hendaknya
    gerakan gemar membaca benar-
    benar digalakkan. Salah satunya
    adalah dengan mulai
    mengoptimalkan fungsi
    perpustakaan, menjadikan perpustakaan senyaman rumah
    didukung dengan koleksi buku
    yang selalu beragam dan up to
    date. Bisa jadi, suatu hari nanti
    orang enggan berbondong-
    bondong ke mall atau pusat perbelanjaan tapi lebih memilih
    menghabiskan waktu liburan di
    perpustakaan untuk membaca
    buku. Semoga.

Ilmu adalah sahabat sepanjang
hayat. Orang yang berilmu tak
akan pernah merugi. Buku adalah
penyedia ilmu yang murah dan
ramah. Mungkin saja apa yang
kita baca kurang bermanfaat untuk saat ini, tapi suatu hari
nanti bisa jadi berguna untuk
diri sendiri maupun orang lain

“Menjadikan buku selezat
dan Senikmat cokelat”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar